Taktik Cerdas Elon Musk: Gunakan Grok AI untuk Pertahankan Pengaruh di Pemerintahan Trump

Grok Ai

GadgetDIVA - Meski secara terbuka telah menyatakan menyelesaikan perannya di Departemen Efisiensi Pemerintahan (DOGE) Amerika Serikat, Elon Musk tampaknya belum sepenuhnya melepaskan cengkeramannya dari pusat kekuasaan. Pendiri Tesla dan SpaceX ini justru dinilai terus memainkan langkah strategis untuk mempertahankan pengaruhnya—kali ini lewat teknologi buatannya sendiri: chatbot AI bernama Grok AI.

Menurut laporan eksklusif Reuters, DOGE kini telah mulai menggunakan versi khusus dari Grok AI. Grok sendiri merupakan produk dari xAI, perusahaan kecerdasan buatan yang juga dimiliki oleh Elon Musk. AI ini dirancang untuk menghasilkan jawaban otomatis dan analisis data dalam waktu singkat.

Seseorang yang mengetahui langsung tentang penggunaan Grok di DOGE menyebutkan bahwa AI tersebut telah dipakai untuk membuat laporan, menjawab pertanyaan administratif, hingga menganalisis data internal. “Mereka memanfaatkan Grok untuk berbagai keperluan mulai dari penyusunan laporan hingga pendeteksian potensi penyalahgunaan anggaran,” kata sumber tersebut kepada Reuters.

Advertisement

Namun, hal ini justru menimbulkan tanda tanya besar. Penggunaan Grok di lingkungan pemerintahan federal dianggap rawan konflik kepentingan, terutama karena AI ini bukanlah alat yang dikembangkan negara, melainkan milik pribadi Elon Musk melalui perusahaannya xAI. Tak hanya itu, DOGE bahkan disebut mendorong Departemen Keamanan Dalam Negeri untuk ikut menggunakan Grok, padahal belum ada persetujuan resmi terkait pemakaiannya di instansi tersebut.

Dua narasumber lain mengonfirmasi bahwa tekanan itu nyata adanya. Mereka menyebut DOGE seolah mengarahkan institusi-institusi pemerintah untuk membeli akses Grok, yang pada akhirnya menguntungkan Musk secara pribadi dan perusahaan miliknya. Pemerintah pun harus membayar lisensi Grok jika ingin menggunakannya—dan inilah yang menimbulkan sorotan tajam dari publik.

“Situasi ini mencerminkan bagaimana sebuah departemen pemerintahan bisa diduga digunakan untuk memperkaya Musk, bukan demi kepentingan rakyat Amerika,” ujar Richard Painter, mantan penasihat etika Presiden George W. Bush yang kini menjadi profesor di University of Minnesota.

Advertisement

Painter juga mengaitkan kasus ini dengan tuduhan sebelumnya bahwa Musk telah menggunakan Departemen Luar Negeri untuk memperluas layanan internet satelit Starlink di beberapa negara asing, serta memakai Departemen Perdagangan untuk mendukung ekspansi Tesla. Dalam konteks tersebut, penggunaan Grok oleh lembaga pemerintahan dinilai sebagai pola lanjutan dari praktik yang serupa.

Sementara itu, Departemen Keamanan Dalam Negeri menampik tudingan bahwa DOGE memaksa instansi lain menggunakan perangkat atau alat tertentu. Mereka menegaskan bahwa tidak ada arahan resmi kepada pegawai untuk memilih Grok atau produk buatan Musk lainnya.

Namun, kekhawatiran publik belum berhenti di sana. Pemakaian Grok dalam lingkup pemerintah menimbulkan pertanyaan besar soal kepatuhan terhadap hukum privasi dan penanganan data sensitif. Apalagi, situs web resmi xAI secara terang-terangan menyatakan bahwa mereka dapat memantau penggunaan Grok untuk “tujuan bisnis tertentu”.

Advertisement

Ini tentu menjadi alarm besar bagi para pengamat kebijakan publik. Jika data pemerintahan disimpan atau dianalisis oleh AI milik pihak swasta, maka potensi kebocoran atau penyalahgunaan informasi menjadi semakin tinggi. Lebih dari itu, kekhawatiran tentang sejauh mana Musk bisa menggunakan data-data tersebut demi kepentingan bisnisnya juga ikut mencuat.

Perlu dicatat, Elon Musk kini memang tak lagi berkantor secara fisik di Gedung Putih. Namun sebelumnya, ia sempat memimpin DOGE dari sebuah kantor yang hanya berjarak beberapa langkah dari ruang kerja utama Presiden Donald Trump. Meskipun tidak memiliki jabatan resmi saat ini, fakta bahwa teknologinya masih digunakan di lingkungan pemerintahan menunjukkan bahwa pengaruh Musk belum benar-benar hilang.

Dalam dunia politik, pengaruh bisa hadir dalam berbagai bentuk. Dan dalam kasus Elon Musk, pengaruh itu tampaknya kini hadir dalam wujud kecerdasan buatan.

Advertisement

Cek berita teknologi, review gadget dan video Gadgetdiva.id di Google News. Baca berita otomotif untuk perempuan di Otodiva.id, kalau butuh in-depth review gadget terkini kunjungi Gizmologi.id. Bagi yang suka jalan-jalan, wajib baca Traveldiva.id.