Cara Paus Fransiskus Ubah Gereja Katolik demi Perempuan

Paus Fransiskus
Foto: Slashgear

GadgetDIVA - Paus Fransiskus dikenang sebagai pemimpin pastoral yang sangat peduli terhadap lingkungan dan isu-isu lainnya seperti dampak migrasi, kemiskinan dan perang. Termasuk juga soal perempuan.

Selama masa Kepausannya, Paus Fransiskus membuat banyak perubahan penting terhadap struktur patriarki Gereja Katolik. Salah satu di antranya ialah memperluas kesempatan bagi perempuan di gereja.

Melansir dari The Conversation, hal ini dibuktikan dengan diikutsertakannya perempuan dalan Sinode 2024, sebuah pertemuan global seluruh gereja yang diwakili oleh para uskup. Serta, pemberian hak suara kepada 57 perempuan dari total 368 peserta.

Advertisement

Pengangkatannya terhadap sekitar 20 anita pada posisi berwenang di Vatikan belum pernah terjadi sebelumnya. Termasuk pengangkatan seorang suster religius Italia Simona Brambilla pada tahun 2025 untuk memimpin departemen Vatikan.

Selama masa jabatannya, Paus Fransiskus juga sangat mendukung keterlibatan perempuan dalam posisi kepemimpinan di Kuria Roma (Badan Pemerintahan Gereja). Sementara itu, di tingkat loka, di paroki-paroki, ia memungkinkan kaum perempuan untuk secara resmi diangkat pada posisi katekis dan lektor – peran yang sebelumnya hanya diperuntukkan bagi kaum pria. Dirinya juga menekankan perlunya lebih banyak perempuan untuk belajar dan mengajar teologi.

Akan tetapi, perubahan-perubahan tersebut baru menyentuh permukaan dari upaya untuk menjamin kesetaraan penuh bagi kaum perempuan di Gereja Katolik. Paus Fransiskus sendiri menyataakn perempuan masih menghadapi kendala, kemudian kesempatan bagi mereka untuk berpartisipasi kian kurang dimanfaatkan oleh gereja-gereja lokal.

Advertisement

Dalam otobiografinya yang dikutip dari The Conversation, ia menulis tentang “tantangan mendesak” untuk memasukkan perempuan dalam peran sentral di setiap tingkat kehidupan gereja. Ia memandang langkah ini penting guna menghilangkan kesan maskulinitas gereja dan menghilangkan masalah klerikalisme.

Suatu hal penting ialah alasan yang mendasari peran terbatas perempuan dalam kehidupan gereja tetap tidak berubah. Secara khusus, Paus Fransiskus merujuk pada stereotip gender dan mendukung teologi komplementarianisme, yakni pandangan bahwa perempuan berbeda tetapi sama-sama dihargai yang mana kontribusi utamanya ialah pada peran ibu, feminitas dan tanggung jawab penggembalaan.

Kurangnya kesetaraan

Kaum perempuan telah ditunjuk menduduki jabatan administratif dan manajemen, tetapi pengambilan keputusan dan pelayanan sebagian besar masih berada di tangan kaum ulama laki-laki.

Advertisement

Penekanan Paus Fransiskus pada “sifat feminin” yang dibawa perempuan ke dalam perannya, ketimbang pada bakat dan talenta mereka, membatasi perempuan.

Meskipun ia menyerukan diskriminasi terhadap perempuan di masyarakat yang lebih luas, Fransiskus menyatakan penentangannya terhadap feminisme kontemporer. Ia memberi judul “ideologi gender” dan “machismo dengan rok”.

Selain itu, ia dinilai tidak responsif terhadap seruan untuk peran yang lebih besar bagi perempuan dalam pelayanan. Kaum perempuan tidak diperbolehkan berkhotbah selama MIsa atau ditahbiskan menjadi imam atau diakon, meskipun ada berbagai upaya yang dilakukan oleh kelompok reformasi Katolik untuk mengadvokasi keterlibatan kaum perempuan .

Advertisement

Survei International Perempuan Katolik 2023 menemukan perempuan di seluruh dunia bersemangat untuk reformasi gereja yang mengakui kapasitas kepemimpinan perempuan dan kontribusi berkelanjutan terhadap komunitas gereja. Survei ini dilakukan terhadap lebih dari 17.000 perempuan Katolik dari 104 negara dan delapan kelompok bahasa.

Lebih dari delapan dari sepuluh (84%) perempuan yang disurvei mendukung reformasi di gereja. Dua pertiga (68%) setuju perempuan harus ditahbiskan menjadi pendeta, dan tiga perempat (78%) mendukung perempuan berkhotbah selama Misa.

Survei tersebut melaporkan tentang rasa frustrasi dan putus asa yang mendalam yang dialami wanita karena bakat dan talenta mereka tidak diakui. Para wanita juga menyatakan mereka tidak puas dengan beban pekerjaan yang mereka pikul di gereja.

Advertisement

Terkait isu tersebut, Fransiskus tidak membahas beban keuangan dan eksploitasi terhadap perempuan Katolik yang bekerja untuk gereja tanpa pengakuan atau gaji yang memadai. Hal ini membuat perempuan, khususnya yang bekerja di paroki, rentan terhadap eksploitasi.

Lebih mengkhawatirkan lagi, beberapa dekade setelah kasus pelecehan dilaporkan Vatikan, Paus Fransiskus secara terbuka mengakui bahwa perempuan, khususnya biarawati secara signifikan terkena dampak pelecehan spiritual dan seksual. Meskipun pengakuan ini penting, tanggapan gereja terhadap pelecehan masih belum memadai dan lebih banyak yang perlu dilakukan untuk melindungi perempuan dalam lingkungan pastoral.

Terkait pengambilan keputusan seksual dan reproduksi, Survei Internasional Perempuan Katolik menemukan bahwa mayoritas responden menginginkan lebih banyak kebebasan hati nurani terkait isu-isu tersebut. Hal ini karena ketika kebebasan tersebut ditolak oleh hukum gereja, hak perempuan untuk bertindak berkurang dan kerentanan mereka terhadap situasi kekerasan gender meningkat.

Advertisement

Kepausan Paus Fransiskus tidak melakukan reformasi apa pun di bidang ini, sehingga membuat banyak wanita Katolik frustrasi dan kecewa.

Cek berita teknologi, review gadget dan video Gadgetdiva.id di Google News. Baca berita otomotif untuk perempuan di Otodiva.id, kalau butuh in-depth review gadget terkini kunjungi Gizmologi.id. Bagi yang suka jalan-jalan, wajib baca Traveldiva.id.