Survei Ungkap 64,9% Warga Daerah Tertinggal Sulit Akses Internet Gratis

GadgetDIVA -  Survei terbaru dari APJII dan BAKTI Kominfo menunjukkan bahwa 64,9% masyarakat di daerah tertinggal tidak memanfaatkan layanan internet gratis BAKTI. Penelitian ini melibatkan 1.950 responden dari 17 provinsi dan 64 kabupaten selama Juli hingga September 2024 dengan metode probability sampling.

Sebanyak 26,9% responden mengetahui dan memanfaatkan layanan ini, sementara 8,1% tahu tapi tidak menggunakan, dan 64,9% tidak tahu atau tidak menggunakan layanan tersebut. Alasan utama tidak menggunakan layanan adalah jarak lokasi yang terlalu jauh (40,67%) dan preferensi untuk mobile internet (26,67%). Masalah lain termasuk kesulitan menghubungkan (12,67%), merasa tidak perlu (10%), dan kekhawatiran keamanan (4%).

Survei juga menunjukkan bahwa sebagian besar orang di daerah tertinggal mengandalkan data seluler untuk akses internet, dengan persentase mencapai 85,72%. WiFi rumah (8,26%), WiFi kantor/sekolah (3,66%), dan WiFi publik (2,3%) adalah metode lainnya.

Penggunaan internet pertama kali di daerah tertinggal umumnya dimulai pada usia 13-14 tahun (36,07%), diikuti oleh usia 19-34 tahun (31,96%). Usia 35-54 tahun dan di bawah 10 tahun masing-masing menyumbang 14,95% dan 12,67%.

Media sosial adalah akses pertama yang paling umum di internet (73,20%), diikuti aplikasi chat (13,60%), bermain game online (4,80%), dan kegiatan lain seperti browsing, email, dan streaming video.

Durasi penggunaan internet sehari-hari bervariasi, dengan 57,4% orang menggunakan internet 1-5 jam, 14,3% selama 6-10 jam, 18,9% kurang dari satu jam, dan 9,4% lebih dari sepuluh jam.

Dalam hal perangkat, handphone dan tablet dominan dengan persentase 89,3%, sedangkan komputer/laptop/tablet/handphone mencapai 9,7% dan komputer/laptop hanya 1%.

Hasil survei ini memberikan gambaran mengenai kebiasaan penggunaan internet di daerah tertinggal dan faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan layanan internet gratis.