GadgetDIVA - Tantangan perempuan dalam beberapa tahun terakhir, semakin banyak perempuan yang menapaki dunia teknologi. Namun, tantangan besar masih membayangi langkah perempuan di sektor ini. Menurut survei terbaru dari Lorien, perusahaan rekrutmen asal Inggris, tantangan perempuan terbesar yang dihadapi di bidang teknologi adalah menjaga keseimbangan antara kehidupan kerja dan pribadi, diikuti dengan diskriminasi gender yang terus menjadi hambatan.
Survei ini menunjukkan bahwa 45% perempuan di industri teknologi mengaku kesulitan mempertahankan work-life balance, menjadikannya rintangan utama dalam perjalanan karier mereka. Sementara itu, hampir 30% responden mengungkapkan bahwa bias gender dan diskriminasi adalah batu sandungan terbesar yang mereka alami.
Seperti yang diungkapkan Darren Topping, Direktur Enterprise Solutions, Insights, and Partnerships untuk Impellam Group, “Meskipun proporsi perempuan di bidang teknologi terus meningkat, kita tidak boleh merasa puas. Tantangan perempuan berikutnya adalah memastikan bahwa perempuan memiliki peluang karier yang setara, dengan representasi yang lebih besar di tingkat senior. Menciptakan tempat kerja yang benar-benar inklusif berarti mengakui bahwa work-life balance bukanlah kemewahan, melainkan kebutuhan.”
Baca Juga
Advertisement
Tantangan Perempuan di Industri Teknologi
Data dari BCS memperlihatkan bahwa pertumbuhan jumlah perempuan di sektor teknologi Inggris berjalan lambat. Dalam rentang waktu empat tahun hingga 2022, jumlah perempuan hanya meningkat dari 16% menjadi 20%. Salah satu faktor utamanya adalah budaya kerja yang belum sepenuhnya inklusif, yang membuat banyak perempuan ragu untuk bergabung atau bahkan memilih keluar dari dunia teknologi. Ini merupakan tantangan perempuan berikutnya.
Meski begitu, ada secercah harapan. Sebanyak 75% perempuan yang disurvei merasa lingkungan kerja mereka saat ini sudah cukup inklusif dan mendukung. Namun, ketika berbicara tentang pengembangan karier, hanya seperempat dari mereka yang percaya memiliki peluang yang sama dengan rekan pria mereka. Ini adalah tantangan yang cukup lama terjadi.
Inequality sosial juga berimbas pada dunia kerja. Perempuan lebih sering memiliki tanggung jawab pengasuhan, sehingga kebutuhan untuk bekerja secara fleksibel menjadi semakin penting. Lorien menemukan bahwa hampir 30% Paradiva percaya bahwa tren kerja fleksibel akan berdampak signifikan pada karier perempuan ke depan. Data dari Tech Talent Charter (TTC) juga memperkuat hal ini: hampir 12% perempuan memilih keluar dari pekerjaannya untuk memenuhi kebutuhan pengasuhan.
Baca Juga
Advertisement
Dalam kaitannya, Darren Topping menambahkan, “Kebijakan kerja fleksibel, dukungan parental yang setara, dan jalur pengembangan karier yang jelas sangatlah penting. Ketika perusahaan mengutamakan kesehatan mental, manajemen beban kerja yang adil, dan kepemimpinan yang suportif, mereka memberdayakan perempuan untuk maju dan sukses.”
Namun, perjalanan karier Paradiva tidak hanya bergantung pada kebijakan perusahaan. Dukungan lain juga memegang peranan penting. Sebanyak 31% perempuan merasa bantuan terbesar yang mereka terima berasal dari pelatihan internal yang disponsori perusahaan. Disusul oleh jaringan profesional yang membuka lebih banyak peluang dan wawasan.
Sayangnya, mentorship yang dianggap vital masih kurang maksimal. Sekitar 12% perempuan menyebutkan bahwa kurangnya mentor merupakan tantangan terbesar, sementara hanya 17% yang menganggap program mentorship sebagai bentuk dukungan utama dalam karier mereka.
Baca Juga
Advertisement
Pentingnya role model dalam dunia teknologi tidak bisa diabaikan. Namun, menariknya, hampir separuh perempuan yang terjun ke dunia IT mengaku didorong oleh ketertarikan pribadi terhadap teknologi, bukan semata-mata karena terinspirasi oleh sosok panutan. Hanya 6% dari mereka yang menyebutkan bahwa role model dan mentor mempengaruhi pilihan karier mereka.
Menariknya lagi, 25% Paradiva memilih karier di teknologi karena banyaknya peluang kerja, sedangkan 20% lainnya tertarik oleh tingginya rata-rata gaji di sektor ini. Meski demikian, representasi perempuan masih tergolong rendah, dan 54% perempuan percaya bahwa banyak perempuan lain masih ragu mengejar karier di bidang ini.
Beberapa faktor yang membuat perempuan berpikir dua kali untuk bergabung di dunia teknologi adalah minimnya cerita sukses dari sesama perempuan dan kurangnya representasi gender yang seimbang. Sebanyak 49% perempuan mengatakan mereka lebih mungkin bergabung dengan perusahaan yang memperlihatkan kisah sukses perempuan di dalamnya, dan 56% memilih perusahaan dengan bukti nyata keseimbangan gender.
Baca Juga
Advertisement
Keberadaan inisiatif kesetaraan, jaringan profesional khusus perempuan, serta representasi perempuan di posisi kepemimpinan dinilai sangat penting. Lebih dari 50% perempuan mengaku faktor-faktor tersebut sangat mempengaruhi keputusan mereka untuk bergabung di sebuah organisasi.
Adapun nasihat yang diberikan Paradiva kepada perempuan lain yang ingin menapaki karier teknologi adalah tetap memperbarui keterampilan (39%), mencari mentor yang tepat (20%), dan aktif membangun jaringan profesional (22%).
Seperti yang ditegaskan Annelise Smith, Managing Director Workforce Solutions di Impellam Group, “Temuan ini menunjukkan bahwa perusahaan tidak boleh pasif dalam menghadapi isu keberagaman gender di dunia teknologi. Perempuan memiliki kepercayaan diri dan kemampuan, namun masih terhalang oleh hambatan sistemik. Bisnis yang gagal mengatasi masalah ini berisiko kehilangan talenta terbaik kepada kompetitor yang mengutamakan inklusi dan kesetaraan.”
Baca Juga
Advertisement
Tantangan work-life balance tidak hanya sekadar isu individu, tetapi menjadi cerminan kebutuhan akan reformasi budaya kerja. Paradiva yang berjuang di dunia teknologi membuktikan bahwa dengan dukungan tepat, inovasi dan prestasi di sektor ini akan semakin beragam dan inklusif.
Cek berita teknologi, review gadget dan video Gadgetdiva.id di Google News. Baca berita otomotif untuk perempuan di Otodiva.id, kalau butuh in-depth review gadget terkini kunjungi Gizmologi.id. Bagi yang suka jalan-jalan, wajib baca Traveldiva.id.