Inovasi Skrining Kanker Serviks Berbasis AI Lebih Akurat dan Cepat

Kanker Serviks

GadgetDIVA - Kanker serviks merupakan jenis kanker kedua paling umum di Indonesia setelah kanker payudara. Untuk meningkatkan deteksi dini dan menekan biaya pengobatan, Monica D. Hartanti, peneliti Pusat Riset Biomedis Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), mengembangkan inovasi skrining kanker serviks. Salah satu metode inovatif yang dikembangkan adalah analisis Volatile Organic Compounds (VOC) dalam urine, yang dapat mendeteksi senyawa volatil sebagai penanda kanker serviks dengan dukungan kecerdasan buatan (AI).

Selain analisis VOC urine, Monica juga mengembangkan metode mRPA-NALFIA yang mirip dengan tes kehamilan. Metode ini menggunakan Recombinase Polymerase Amplification (RPA) untuk memperbanyak DNA dalam satu siklus tanpa mesin PCR, menghasilkan hasil dalam waktu kurang dari lima menit melalui visualisasi strip test. Inovasi ini menawarkan potensi besar dalam mempercepat deteksi kanker serviks.

Meskipun teknologi seperti mRPA-NALFIA dan analisis VOC urine menunjukkan prospek yang menjanjikan, Monica mengakui masih ada tantangan yang harus diatasi, seperti meningkatkan sensitivitas dan spesifisitas serta mengatasi faktor eksternal yang dapat memengaruhi hasil VOC. “Dataset besar diperlukan untuk melatih AI agar lebih akurat dalam mendeteksi penanda kanker,” ungkapnya.

Advertisement

Saat ini, hasil klasifikasi machine learning dari data awal menunjukkan akurasi sekitar 61%, dengan target peningkatan hingga 80%. Penelitian terus dilakukan untuk mengoptimalkan analisis dan membedakan subjek non-kanker dan kanker. Langkah selanjutnya mencakup validasi dengan lebih banyak sampel, serta optimasi algoritma AI dan pengembangan perangkat lunak yang lebih ramah pengguna.

Selain itu, kolaborasi dengan penyedia layanan kesehatan lokal sedang dilakukan untuk memastikan teknologi ini dapat diterima secara luas dan terjangkau oleh masyarakat. Setelah proses optimasi, inovasi mRPA-NALFIA dan analisis VOC urine diharapkan dapat menjadi metode skrining yang lebih murah, cepat, dan nyaman bagi pasien dengan akurasi mencapai 80%.

Meskipun masih memerlukan pemeriksaan lanjutan untuk diagnosis pasti, teknologi ini diharapkan menjadi alternatif skrining awal yang lebih efektif dan membantu dalam upaya pencegahan serta deteksi dini kanker serviks di Indonesia. Kanker serviks umumnya disebabkan oleh infeksi Human Papillomavirus (HPV) tipe 16 dan 18, namun tipe 52 juga turut berperan dalam perkembangannya.

Advertisement

Infeksi HPV sering tidak terdeteksi sejak awal, padahal biaya pengobatan kanker serviks bisa sangat besar, mencapai Rp3-4 triliun pada 2019-2020. Oleh karena itu, skrining dini sebelum kanker berkembang sangat penting untuk mencegah kanker serviks. Namun, metode skrining saat ini masih menghadapi kendala seperti sensitivitas rendah, biaya tinggi, dan kemungkinan hasil negatif palsu.

Kepala Organisasi Riset Kesehatan BRIN, Indi Dharmayanti, menambahkan bahwa kanker serviks dapat dicegah melalui vaksinasi HPV, skrining rutin seperti pap smear atau IVA, serta pengelolaan lesi pra-kanker. Untuk mendukung eliminasi kanker serviks pada 2030, WHO menargetkan vaksinasi pada 90% anak perempuan sebelum usia 15 tahun, skrining dini pada 70% wanita usia 35-45 tahun, dan pengobatan 90% kasus lesi pra-kanker dan kanker invasif. Peringatan Cervical Cancer Awareness Month 2025 menjadi momentum untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya deteksi dini dan pencegahan kanker serviks.

Advertisement

Cek berita teknologi, review gadget dan video Gadgetdiva.id di Google News. Baca berita otomotif untuk perempuan di Otodiva.id, kalau butuh in-depth review gadget terkini kunjungi Gizmologi.id. Bagi yang suka jalan-jalan, wajib baca Traveldiva.id.